sudah...
aku sudah berada dihadapanmu
mengamati tiap lekuk sintal tubuhmu
lembut teriakmu membisik di telinga ku
desah nafasmu membuat berdiri kudukku
dan aku masih berada di hadapanmu...
terpaku melihat tubuhmu yang mengombak
yang terkadang terlihat galak, sesekali terlihat jinak
yang terus mengerus waktu diatas nafsu
tuk mencapai pantai yang menyeringai
dan aku masih disini dihadapanmu...
dengan hati miris diterpa gerimis,
bahkan bathin sempat menangis
menghitung tiap langkahmu yang penuh optimis,
menuju pantai yang tersenyum manis
dan aku masih disini tepat dihadapanmu
berjuta kata terlontar dari bibir yang begitu kasar
melihat semangatmu yang membakar
untuk terus menggeranyangi pantai
meski harus memecah karang yang berdiri garang
dan aku masih tetap berada dihadapanmu...
dengan mulut termangu dan raga membeku
terus kau sentuh area sensitifku,
hingga membuat bibirku kelu
merasakan auramu begitu syahdu
bersematkan lembayung ditepi waktu
ketika impian dan harapan menjadi kenyataan, tiada kebahagiaan yang terpancar selain tangis haru. Namun ketika kenyataan mengkandaskan impian dan harapan itu, tiada tawa bahagia yang terpancar, selain tangis tawa duka. Bagai gitar tanpa dawai, bagai syair tanpa kata dan bagai lagu tanpa irama. Semua terasa hampa, tiada arti dan tak saling melengkapi.
Tuesday, August 25, 2009
Lautan Syahdu
Monday, December 22, 2008
Kodrat kah atau takdir
bukan angin atau burung yang menjatuhkan aku di bumi ini...
tapi cinta-lah yang melakukannya
bukannya benci atau tak suka...
namun aku tak mengerti,
mengapa sang cinta menginginkan kau sebagai pecinta...
dan mengapa sang kasih menginginkan ku menjadi sang kekasih...
takdirkah... atau kodrat...
yang pasti ini adalah bagian kecil, bukan yang terkecil...
bagian kecil dari skenario hidup yang kita tidak pernah ketahui alurnya
bagian kecil dari jalan hidup...yang pun kita tidak tahu akhirnya
apakah penuh tawa bahagia atau berakhir tragis...
yang diketahui hanya akhirnya kita akan mati...
sudahlah....
tak perlu diratapi kalau yang terjadi itu duka
namun jangan terbahak kalau yang terjadi itu bahagia
jika ini menjadi akhir atas suatu pilihan
tak ada yang harus diperdebatkan
tak ada yang harus disalahkan
karena ini bukan salah aku, kau atau yang lainnya
tak ada yang harus dipertanyakan mengapa seperti ini
dan tak perlu dipertanyakan bagaimana ini bisa terjadi
tawakal lah...
hidup itu pilihan kita... bukan kehidupan yang memilih kita
jangan jadikan semuanya sebagai beban
hadapi semuanya dengan keikhlasan dan senyuman
karena apa yang telah dan sedang terjadi,
adalah bagian dari perjalanan yang harus dihadapi
Jakarta, September 25 08
01.30
tapi cinta-lah yang melakukannya
bukannya benci atau tak suka...
namun aku tak mengerti,
mengapa sang cinta menginginkan kau sebagai pecinta...
dan mengapa sang kasih menginginkan ku menjadi sang kekasih...
takdirkah... atau kodrat...
yang pasti ini adalah bagian kecil, bukan yang terkecil...
bagian kecil dari skenario hidup yang kita tidak pernah ketahui alurnya
bagian kecil dari jalan hidup...yang pun kita tidak tahu akhirnya
apakah penuh tawa bahagia atau berakhir tragis...
yang diketahui hanya akhirnya kita akan mati...
sudahlah....
tak perlu diratapi kalau yang terjadi itu duka
namun jangan terbahak kalau yang terjadi itu bahagia
jika ini menjadi akhir atas suatu pilihan
tak ada yang harus diperdebatkan
tak ada yang harus disalahkan
karena ini bukan salah aku, kau atau yang lainnya
tak ada yang harus dipertanyakan mengapa seperti ini
dan tak perlu dipertanyakan bagaimana ini bisa terjadi
tawakal lah...
hidup itu pilihan kita... bukan kehidupan yang memilih kita
jangan jadikan semuanya sebagai beban
hadapi semuanya dengan keikhlasan dan senyuman
karena apa yang telah dan sedang terjadi,
adalah bagian dari perjalanan yang harus dihadapi
Jakarta, September 25 08
01.30
Friday, June 16, 2006
Jika Itu Engkau
(Sebuah Pengharapan)
jika engkau adalah pagi…
sirami aku dengan embun cintamu
hangatkan aku dengan biasmu
belai jiwa yang hampir mati ini dengan semilirmu
dan… sejukan raga ini dengan aroma nafasmu
jika engkau adalah siang…
terangi jalanku dengan sinarmu,
sengat aku denga terikmu
hingga ku merasakan hangat jiwamu.
Jika engkau adalah malam…
sambut kedatanganku dengan sabitmu,
rangkul aku dengan lembut cahyamu
dan halau semua yang hendak mengusik kebahagiaanku
agar ku dapat menikmati indah jiwamu.
Jika engkau adalah hari…
izinkan aku menghampiri dirimu,
menikmati seluruh pagi siang dan malam-mu
dan jika engkau adalah waktu…
katakana dan yakinkan diriku,
bahwa tiap langkahmu adalah detik yang bergulir
dan akan terus bergulir melewati tiap menit kehidupan,
hingga menemukan gerbang keabadian
karena ku tengah mengharapkan hadirmu
tuk menemaniku dalam perjalanan ini
ps:Pour elle qui est toujours là pour moi.
Ma chèrie, Mon Coeur et Mon amour.A.N.K.
Bonne Anniversaire por toi...Je crois que tu peux gagner tes espere et tes reves...
Avec Amour
dknee
jakarta, 16 june 06
Tuesday, February 21, 2006
Musyafir dan perjalanan sakral
smakin gelap hari ini
teriknya pun berganti dengan unggun
hanya tuk mendapatkan penerangan dan kehangatan
dan kini dewi malam beranjak bangkit meneruskan hari
menemani sang musyafir di tengah sahara yang harus melanjutkan perjalanan
meski di dera kelamnya temaram yang teramat kejam
berharap sang pagi datang kembali...
berharap ia menemani dengan canda mesranya...
meski terasa panas menusuk sendi hidup ini
kembalilah, datanglah, rengkuhlah impian kemarin yang pernah kita impikan
hembuskanlah bau nafas itu...
dalam perjalanan sakral ini....
teriknya pun berganti dengan unggun
hanya tuk mendapatkan penerangan dan kehangatan
dan kini dewi malam beranjak bangkit meneruskan hari
menemani sang musyafir di tengah sahara yang harus melanjutkan perjalanan
meski di dera kelamnya temaram yang teramat kejam
berharap sang pagi datang kembali...
berharap ia menemani dengan canda mesranya...
meski terasa panas menusuk sendi hidup ini
kembalilah, datanglah, rengkuhlah impian kemarin yang pernah kita impikan
hembuskanlah bau nafas itu...
dalam perjalanan sakral ini....
Thursday, February 16, 2006
Puisi Cinta buat Jeanne d'Arc
memang hilang sudah semua impian
perjalanan ku mengitari notre-damme di tepi la seine
menghasilkan keringat sia-sia menempel erat pada baju kebesaran ku
kandas di tengah jalan...
karena keangkuahn jiwa ambisius, integritas dan harga diri....
namun apakah itu harga mati.....??
aku juga masih tidak tahu jawaban dari pertanyaan itu
kebersamaan yg terjalin....
pupus diterjang badai yg maha dahsyat
hati dan perasaan sontak luluh lantak
bagai habis diterjang katrina bahkan tsunami
yang kini hanya menyisakan puing
puing yang kemaren tersusun rapi,
membentuk satu impian dan harapan dan terjalinan begitu indahnya....
menjadi penghangat kala salju selimuti paris
dan penyejuk di musim kemarau...
apakah engkau tak ingin berpetualang dengan diriku?
bersama kita daki keangkuhan sang eiffel,
yang menjadi kebanggaan parisiennes..!!
Membangun istana cinta kita seindah Chateaux fort dan louvre
yang berhalamankan Champs Elysées
dan Arc de Triomphe sebagi pintu gerbang
atau memang tak ada cinta untuk diriku...??
atau memang tak pernah menginginkan perjalanan itu...??
namun...
mengapa kemaren engkau beranjak dan menemuiku di Pompidou?
mengapa engkau sajikan secangkir French kiss beraroma anggur beaujolais...?
mengapa engkau memelukku begitu erat hingga ku hampir tak mampu bernafas?
Aku...
hingga detik ini tak mengerti...
apa yg kau cari dari diriku....
apa yang telah kau curi dari jiwa ini
Benarkah tak ada cinta untuk diriku...?
(untuk jean d’arc yg tak mencintaiku, masih ingatkah engkau akan
“je vous envoie un bouquet de main”?)
Jakarta, Val's day 2006 17:50
perjalanan ku mengitari notre-damme di tepi la seine
menghasilkan keringat sia-sia menempel erat pada baju kebesaran ku
kandas di tengah jalan...
karena keangkuahn jiwa ambisius, integritas dan harga diri....
namun apakah itu harga mati.....??
aku juga masih tidak tahu jawaban dari pertanyaan itu
kebersamaan yg terjalin....
pupus diterjang badai yg maha dahsyat
hati dan perasaan sontak luluh lantak
bagai habis diterjang katrina bahkan tsunami
yang kini hanya menyisakan puing
puing yang kemaren tersusun rapi,
membentuk satu impian dan harapan dan terjalinan begitu indahnya....
menjadi penghangat kala salju selimuti paris
dan penyejuk di musim kemarau...
apakah engkau tak ingin berpetualang dengan diriku?
bersama kita daki keangkuhan sang eiffel,
yang menjadi kebanggaan parisiennes..!!
Membangun istana cinta kita seindah Chateaux fort dan louvre
yang berhalamankan Champs Elysées
dan Arc de Triomphe sebagi pintu gerbang
atau memang tak ada cinta untuk diriku...??
atau memang tak pernah menginginkan perjalanan itu...??
namun...
mengapa kemaren engkau beranjak dan menemuiku di Pompidou?
mengapa engkau sajikan secangkir French kiss beraroma anggur beaujolais...?
mengapa engkau memelukku begitu erat hingga ku hampir tak mampu bernafas?
Aku...
hingga detik ini tak mengerti...
apa yg kau cari dari diriku....
apa yang telah kau curi dari jiwa ini
Benarkah tak ada cinta untuk diriku...?
(untuk jean d’arc yg tak mencintaiku, masih ingatkah engkau akan
“je vous envoie un bouquet de main”?)
Jakarta, Val's day 2006 17:50
Thursday, January 26, 2006
Apa Arti Keberadaanmu....
Apa arti kedatangan mu di sore ini....?
Adakah mewakili kesedihanku yang harus meninggakan kota ini...?
Atau merasakan kegalauan yang tengah menerpa diri ini...?
Atau mungkin untuk meneduhkan dan menenangkan jiwa ini...?
Kehadiranmu sangat mencemaskan diri ini
akankan ini hanya sesaat atau dua saat tiga saat...
Kehadiranmu sedikit mengharukan...
Di saat panas tengah terik, engkau hadir membasuh tanah ini
Jangan hanya di sini...!!! (teriak ku)
Tapi kau harus kesana... membawa pesan ini untuk dirinya, untuk semua
Dan Katakan... kalau aku masih menginginkan fajar itu
Karena ku masih tetap dan aku selalu setia di sini
tuk menghirup nafas cintanya
Banda Aceh 2 january 06
13.30 sesaat sebelum menuju airport
Adakah mewakili kesedihanku yang harus meninggakan kota ini...?
Atau merasakan kegalauan yang tengah menerpa diri ini...?
Atau mungkin untuk meneduhkan dan menenangkan jiwa ini...?
Kehadiranmu sangat mencemaskan diri ini
akankan ini hanya sesaat atau dua saat tiga saat...
Kehadiranmu sedikit mengharukan...
Di saat panas tengah terik, engkau hadir membasuh tanah ini
Jangan hanya di sini...!!! (teriak ku)
Tapi kau harus kesana... membawa pesan ini untuk dirinya, untuk semua
Dan Katakan... kalau aku masih menginginkan fajar itu
Karena ku masih tetap dan aku selalu setia di sini
tuk menghirup nafas cintanya
Banda Aceh 2 january 06
13.30 sesaat sebelum menuju airport
Pagi, Matahari dan Aku di tengah pematang
Pagi ini ku lihat dirimu di antara bukit
Menatap dalam-dalam di atas pematang
Menantang sinar yang menyilaukan
Menahan terik yang tak menyengat
Pagi ini kulihat senyum itu di antara bukit
Tanpa seekor semut, jangkrik dan cacing tanah menemani
Tanpa bisikan dan desahan nafas yang terkasih
Tanpa beban menimpa pundak dari yang tercinta
Pagi ini ku lihat matahari yang terbit di antara bukit
Menerangi seluruh semesta ini
Memanaskan kota kecil ini di waktu pagi
dan Menghangatkan jiwa ini
Banda Aceh, 29 dec 05
Menatap dalam-dalam di atas pematang
Menantang sinar yang menyilaukan
Menahan terik yang tak menyengat
Pagi ini kulihat senyum itu di antara bukit
Tanpa seekor semut, jangkrik dan cacing tanah menemani
Tanpa bisikan dan desahan nafas yang terkasih
Tanpa beban menimpa pundak dari yang tercinta
Pagi ini ku lihat matahari yang terbit di antara bukit
Menerangi seluruh semesta ini
Memanaskan kota kecil ini di waktu pagi
dan Menghangatkan jiwa ini
Banda Aceh, 29 dec 05
Kepada Pemilik Ribuan Pertanyaan
Bagaimana engkau dapat mengetahui pukul berapa sekarang
sementara engkau tengah bermain bersama buku dan benda lain diatas mejamu
tak sempat menolehkan perhatian pada dia yang kau butuhkan
yang terus menari mengikuti hari
Memang kemarin burung itu menyanyikan waktu yang ia lewati
namun sejak kemarin pula ia tak menyanyikan dendang untukmu
dan engkau baru tersadar akan ketiadaan suara itu
yang selalu bernyanyi walau tak merdu
Engkau merasa dia tak lagi menemani mu dengan nyanyian dan pujian
dan engkaupun merasakan ia telah meninggalkan dan melupakan mu
Bukannya ia tak mau menyanyikan waktu
Paraunya tertutup deru mesin printer mu
"Lalu kemana burung itu pergi?"
"Mengapa dia tak lagi menyanyikan waktu untuk ku?"
"Aapakah dia tak mau lagi mendendangkan ku sebait syair?"
"Atau mungkinkah dia..., mungkinkah... dan mungkinkah?"
Beribu tanya engkau lontarkan...
Namun pada siapa engkau bertanya?
apakah pada dinding tempat ia bersemayam?
atau pada gubuk jerami tempat ia mengeluarkan paraunya?
Sadarkah engkau akan pertanyaan-pertanyaan itu?
Tahukah engkau kepada siapa seharusnya engkau bertanya?
Jawabnya....
Kepada pemilik ribuan pertanyaan
sementara engkau tengah bermain bersama buku dan benda lain diatas mejamu
tak sempat menolehkan perhatian pada dia yang kau butuhkan
yang terus menari mengikuti hari
Memang kemarin burung itu menyanyikan waktu yang ia lewati
namun sejak kemarin pula ia tak menyanyikan dendang untukmu
dan engkau baru tersadar akan ketiadaan suara itu
yang selalu bernyanyi walau tak merdu
Engkau merasa dia tak lagi menemani mu dengan nyanyian dan pujian
dan engkaupun merasakan ia telah meninggalkan dan melupakan mu
Bukannya ia tak mau menyanyikan waktu
Paraunya tertutup deru mesin printer mu
"Lalu kemana burung itu pergi?"
"Mengapa dia tak lagi menyanyikan waktu untuk ku?"
"Aapakah dia tak mau lagi mendendangkan ku sebait syair?"
"Atau mungkinkah dia..., mungkinkah... dan mungkinkah?"
Beribu tanya engkau lontarkan...
Namun pada siapa engkau bertanya?
apakah pada dinding tempat ia bersemayam?
atau pada gubuk jerami tempat ia mengeluarkan paraunya?
Sadarkah engkau akan pertanyaan-pertanyaan itu?
Tahukah engkau kepada siapa seharusnya engkau bertanya?
Jawabnya....
Kepada pemilik ribuan pertanyaan
Wednesday, January 25, 2006
Tak ada salju di Sahara
Jangan engkau cari salju di Sahara!
Kalau kau menyengat panas di atasnya
dan jangan kau tanya panasmu pada orang eskimo!
Kalau kau hanya menghangatkan belahan bumi lain
Tak ada terik matahari menyengat bumi utara...
karena ia jauh dari khatulistiwa
Juga tak ada salju di Sahara
Karena terik matahari mencairkan impiannya
Jakarta juni 2005
Kalau kau menyengat panas di atasnya
dan jangan kau tanya panasmu pada orang eskimo!
Kalau kau hanya menghangatkan belahan bumi lain
Tak ada terik matahari menyengat bumi utara...
karena ia jauh dari khatulistiwa
Juga tak ada salju di Sahara
Karena terik matahari mencairkan impiannya
Jakarta juni 2005
Kaki itu tetap melangkah
Tidakkah kau lihat awan kelabu tengah berarak menutupi langit...?
seakan turut merasakan kerinduan akan harapan
sejak manusia itu manapakkan kaki di atas tanah kota ini.. meninggalkan smuanya
jiwa kekanakannya
masa remajanya....
tuk mengapai asa dalam hatinya...
mewujudkan mimpi tidurnya...
Tidakkah kau lihat langkah kaki penuh harap itu
yang terus melangkah menyusuri jalan...?
Tidakkah kau lihat hasrat tuk menggapai impian itu yang terus bergelora dalam jiwanya...?
Tidakkah kau rasakan denyut nadi dan detak jantungnya
yang berjalan seiring nafas dan darah yang mengaliri tubuhnya...?
Tidakkah kau lihat betapa inginnya ia merenda hari esok bersamamu
orang yang sangat terkasih dan terpilih di dalam lubuk hatinya...?
Meski terdengar lirih kecil yang mengatakan... apa yang kau harap di atas tanah ini?"
meski kerap timbul kecemasan dimata hatinya yang tertimbun nestafa
dan mata kakinya yang penuh peluh bercampur debu....
Namun...
Kaki itu tetap berjalan dan terus melangkah mengikuti kata hatinya....
seakan turut merasakan kerinduan akan harapan
sejak manusia itu manapakkan kaki di atas tanah kota ini.. meninggalkan smuanya
jiwa kekanakannya
masa remajanya....
tuk mengapai asa dalam hatinya...
mewujudkan mimpi tidurnya...
Tidakkah kau lihat langkah kaki penuh harap itu
yang terus melangkah menyusuri jalan...?
Tidakkah kau lihat hasrat tuk menggapai impian itu yang terus bergelora dalam jiwanya...?
Tidakkah kau rasakan denyut nadi dan detak jantungnya
yang berjalan seiring nafas dan darah yang mengaliri tubuhnya...?
Tidakkah kau lihat betapa inginnya ia merenda hari esok bersamamu
orang yang sangat terkasih dan terpilih di dalam lubuk hatinya...?
Meski terdengar lirih kecil yang mengatakan... apa yang kau harap di atas tanah ini?"
meski kerap timbul kecemasan dimata hatinya yang tertimbun nestafa
dan mata kakinya yang penuh peluh bercampur debu....
Namun...
Kaki itu tetap berjalan dan terus melangkah mengikuti kata hatinya....
Persembahanku
Tiada yang dapat terucap dari hati...
Selain kata terima kasih
untuk mu Ayah... untuk mu Ibu
Yang telah memelihara, menjaga, merawat, membimbingku, mendidikku
dan... mengarahkanku ke jalan yang terbaik
Usaha dan perjuanganmu...
jelas terlihat di keningmu yang semakin mengeriput
Tetes demi tetes peluh...
menempel di wajahmu yang semakin menua,
terjalnya jurang kehidupan engkau lalui,
beratnya rintangan... terus engkau hadapi
Namum.....
Tak pernah terbesit, bahkan terucap kata menyerah
Demi aku yang selalu engkau banggakan dan selalu engku harapkan
Sujud syukurku pun tak cukup tuk mengucapkan rasa terima kasih kepadamu
yang selalu mendoakanku tuk selalu menjadi yang terbaik
Ya Rabbi....
Aku tak tau lagi....
apa yang harus ku perbuat...
apa yang dapat kuberikan...
tuk mengucapkan terima kasihku
yang telah memberikanku hamba terbaik dalam hidup ini.
medan avril 2005
Selain kata terima kasih
untuk mu Ayah... untuk mu Ibu
Yang telah memelihara, menjaga, merawat, membimbingku, mendidikku
dan... mengarahkanku ke jalan yang terbaik
Usaha dan perjuanganmu...
jelas terlihat di keningmu yang semakin mengeriput
Tetes demi tetes peluh...
menempel di wajahmu yang semakin menua,
terjalnya jurang kehidupan engkau lalui,
beratnya rintangan... terus engkau hadapi
Namum.....
Tak pernah terbesit, bahkan terucap kata menyerah
Demi aku yang selalu engkau banggakan dan selalu engku harapkan
Sujud syukurku pun tak cukup tuk mengucapkan rasa terima kasih kepadamu
yang selalu mendoakanku tuk selalu menjadi yang terbaik
Ya Rabbi....
Aku tak tau lagi....
apa yang harus ku perbuat...
apa yang dapat kuberikan...
tuk mengucapkan terima kasihku
yang telah memberikanku hamba terbaik dalam hidup ini.
medan avril 2005
Malam... Menanti Pagi
Malam kian temaram...
Tinggalkan siang menuju kelam...
Tanpa mampu berkalam...
Kuhanya terdiam...
Memandang malam kian temaram...
Menahan kelam kian merajam...
Malam yang temaram...
Kelam yang merajam...
Kembali menghampiri
Jiwa yang hampir mati
Dan kini...
Ku hanya berharap pada pagi...
Tuk datang dan temani...
mengarungi perjalanan hari ini
medan, 2004
Tinggalkan siang menuju kelam...
Tanpa mampu berkalam...
Kuhanya terdiam...
Memandang malam kian temaram...
Menahan kelam kian merajam...
Malam yang temaram...
Kelam yang merajam...
Kembali menghampiri
Jiwa yang hampir mati
Dan kini...
Ku hanya berharap pada pagi...
Tuk datang dan temani...
mengarungi perjalanan hari ini
medan, 2004
Dia...
Hadir...
Bukan di alam mimpi penuh janji
atau imajinasi tanpa bukti,
tetapi...
Hadir...
Di alam nyata yang bermakna
namun penuh tanda tanya...
Hadir...
Tak sekedar wujud yang tampak...
tak sekedar sentuhan dirasakan
Hadir...
Bukan tuk menerangi...
bukan tuk mengelami...
bukan tuk mengobati...
dan bukan tuk menyakiti...
Hadir...
bukan tuk pergi...
tapi ukan tuk kembali..
Medan, 2002
Bukan di alam mimpi penuh janji
atau imajinasi tanpa bukti,
tetapi...
Hadir...
Di alam nyata yang bermakna
namun penuh tanda tanya...
Hadir...
Tak sekedar wujud yang tampak...
tak sekedar sentuhan dirasakan
Hadir...
Bukan tuk menerangi...
bukan tuk mengelami...
bukan tuk mengobati...
dan bukan tuk menyakiti...
Hadir...
bukan tuk pergi...
tapi ukan tuk kembali..
Medan, 2002
Subscribe to:
Posts (Atom)