sudah...
aku sudah berada dihadapanmu
mengamati tiap lekuk sintal tubuhmu
lembut teriakmu membisik di telinga ku
desah nafasmu membuat berdiri kudukku
dan aku masih berada di hadapanmu...
terpaku melihat tubuhmu yang mengombak
yang terkadang terlihat galak, sesekali terlihat jinak
yang terus mengerus waktu diatas nafsu
tuk mencapai pantai yang menyeringai
dan aku masih disini dihadapanmu...
dengan hati miris diterpa gerimis,
bahkan bathin sempat menangis
menghitung tiap langkahmu yang penuh optimis,
menuju pantai yang tersenyum manis
dan aku masih disini tepat dihadapanmu
berjuta kata terlontar dari bibir yang begitu kasar
melihat semangatmu yang membakar
untuk terus menggeranyangi pantai
meski harus memecah karang yang berdiri garang
dan aku masih tetap berada dihadapanmu...
dengan mulut termangu dan raga membeku
terus kau sentuh area sensitifku,
hingga membuat bibirku kelu
merasakan auramu begitu syahdu
bersematkan lembayung ditepi waktu
ketika impian dan harapan menjadi kenyataan, tiada kebahagiaan yang terpancar selain tangis haru. Namun ketika kenyataan mengkandaskan impian dan harapan itu, tiada tawa bahagia yang terpancar, selain tangis tawa duka. Bagai gitar tanpa dawai, bagai syair tanpa kata dan bagai lagu tanpa irama. Semua terasa hampa, tiada arti dan tak saling melengkapi.
Tuesday, August 25, 2009
Lautan Syahdu
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment