Friday, June 16, 2006

Jika Itu Engkau

(Sebuah Pengharapan)

jika engkau adalah pagi…
sirami aku dengan embun cintamu
hangatkan aku dengan biasmu
belai jiwa yang hampir mati ini dengan semilirmu
dan… sejukan raga ini dengan aroma nafasmu

jika engkau adalah siang…
terangi jalanku dengan sinarmu,
sengat aku denga terikmu
hingga ku merasakan hangat jiwamu.

Jika engkau adalah malam…
sambut kedatanganku dengan sabitmu,
rangkul aku dengan lembut cahyamu
dan halau semua yang hendak mengusik kebahagiaanku
agar ku dapat menikmati indah jiwamu.

Jika engkau adalah hari…
izinkan aku menghampiri dirimu,
menikmati seluruh pagi siang dan malam-mu

dan jika engkau adalah waktu…
katakana dan yakinkan diriku,
bahwa tiap langkahmu adalah detik yang bergulir
dan akan terus bergulir melewati tiap menit kehidupan,
hingga menemukan gerbang keabadian
karena ku tengah mengharapkan hadirmu
tuk menemaniku dalam perjalanan ini


ps:Pour elle qui est toujours là pour moi.
Ma chèrie, Mon Coeur et Mon amour.A.N.K.
Bonne Anniversaire por toi...Je crois que tu peux gagner tes espere et tes reves...

Avec Amour

dknee
jakarta, 16 june 06

Tuesday, February 21, 2006

Musyafir dan perjalanan sakral

smakin gelap hari ini
teriknya pun berganti dengan unggun
hanya tuk mendapatkan penerangan dan kehangatan
dan kini dewi malam beranjak bangkit meneruskan hari
menemani sang musyafir di tengah sahara yang harus melanjutkan perjalanan
meski di dera kelamnya temaram yang teramat kejam
berharap sang pagi datang kembali...
berharap ia menemani dengan canda mesranya...
meski terasa panas menusuk sendi hidup ini
kembalilah, datanglah, rengkuhlah impian kemarin yang pernah kita impikan
hembuskanlah bau nafas itu...
dalam perjalanan sakral ini....

Thursday, February 16, 2006

Puisi Cinta buat Jeanne d'Arc

memang hilang sudah semua impian
perjalanan ku mengitari notre-damme di tepi la seine
menghasilkan keringat sia-sia menempel erat pada baju kebesaran ku
kandas di tengah jalan...
karena keangkuahn jiwa ambisius, integritas dan harga diri....
namun apakah itu harga mati.....??
aku juga masih tidak tahu jawaban dari pertanyaan itu

kebersamaan yg terjalin....
pupus diterjang badai yg maha dahsyat
hati dan perasaan sontak luluh lantak
bagai habis diterjang katrina bahkan tsunami
yang kini hanya menyisakan puing
puing yang kemaren tersusun rapi,
membentuk satu impian dan harapan dan terjalinan begitu indahnya....
menjadi penghangat kala salju selimuti paris
dan penyejuk di musim kemarau...

apakah engkau tak ingin berpetualang dengan diriku?
bersama kita daki keangkuhan sang eiffel,
yang menjadi kebanggaan parisiennes..!!
Membangun istana cinta kita seindah Chateaux fort dan louvre

yang berhalamankan Champs Elysées

dan Arc de Triomphe sebagi pintu gerbang

atau memang tak ada cinta untuk diriku...??
atau memang tak pernah menginginkan perjalanan itu...??

namun...
mengapa kemaren engkau beranjak dan menemuiku di Pompidou?
mengapa engkau sajikan secangkir French kiss beraroma anggur beaujolais...?
mengapa engkau memelukku begitu erat hingga ku hampir tak mampu bernafas?

Aku...
hingga detik ini tak mengerti...
apa yg kau cari dari diriku....
apa yang telah kau curi dari jiwa ini

Benarkah tak ada cinta untuk diriku...?


(untuk jean d’arc yg tak mencintaiku, masih ingatkah engkau akan
“je vous envoie un bouquet de main”?)
Jakarta, Val's day 2006 17:50

Thursday, January 26, 2006

Apa Arti Keberadaanmu....

Apa arti kedatangan mu di sore ini....?
Adakah mewakili kesedihanku yang harus meninggakan kota ini...?
Atau merasakan kegalauan yang tengah menerpa diri ini...?
Atau mungkin untuk meneduhkan dan menenangkan jiwa ini...?

Kehadiranmu sangat mencemaskan diri ini
akankan ini hanya sesaat atau dua saat tiga saat...
Kehadiranmu sedikit mengharukan...
Di saat panas tengah terik, engkau hadir membasuh tanah ini

Jangan hanya di sini...!!! (teriak ku)
Tapi kau harus kesana... membawa pesan ini untuk dirinya, untuk semua
Dan Katakan... kalau aku masih menginginkan fajar itu
Karena ku masih tetap dan aku selalu setia di sini
tuk menghirup nafas cintanya


Banda Aceh 2 january 06
13.30 sesaat sebelum menuju airport

Pagi, Matahari dan Aku di tengah pematang

Pagi ini ku lihat dirimu di antara bukit
Menatap dalam-dalam di atas pematang
Menantang sinar yang menyilaukan
Menahan terik yang tak menyengat

Pagi ini kulihat senyum itu di antara bukit
Tanpa seekor semut, jangkrik dan cacing tanah menemani
Tanpa bisikan dan desahan nafas yang terkasih
Tanpa beban menimpa pundak dari yang tercinta

Pagi ini ku lihat matahari yang terbit di antara bukit
Menerangi seluruh semesta ini
Memanaskan kota kecil ini di waktu pagi
dan Menghangatkan jiwa ini

Banda Aceh, 29 dec 05

Kepada Pemilik Ribuan Pertanyaan

Bagaimana engkau dapat mengetahui pukul berapa sekarang
sementara engkau tengah bermain bersama buku dan benda lain diatas mejamu
tak sempat menolehkan perhatian pada dia yang kau butuhkan
yang terus menari mengikuti hari

Memang kemarin burung itu menyanyikan waktu yang ia lewati
namun sejak kemarin pula ia tak menyanyikan dendang untukmu
dan engkau baru tersadar akan ketiadaan suara itu
yang selalu bernyanyi walau tak merdu
Engkau merasa dia tak lagi menemani mu dengan nyanyian dan pujian
dan engkaupun merasakan ia telah meninggalkan dan melupakan mu

Bukannya ia tak mau menyanyikan waktu
Paraunya tertutup deru mesin printer mu

"Lalu kemana burung itu pergi?"
"Mengapa dia tak lagi menyanyikan waktu untuk ku?"
"Aapakah dia tak mau lagi mendendangkan ku sebait syair?"
"Atau mungkinkah dia..., mungkinkah... dan mungkinkah?"

Beribu tanya engkau lontarkan...
Namun pada siapa engkau bertanya?
apakah pada dinding tempat ia bersemayam?
atau pada gubuk jerami tempat ia mengeluarkan paraunya?
Sadarkah engkau akan pertanyaan-pertanyaan itu?
Tahukah engkau kepada siapa seharusnya engkau bertanya?

Jawabnya....
Kepada pemilik ribuan pertanyaan

Wednesday, January 25, 2006

Tak ada salju di Sahara

Jangan engkau cari salju di Sahara!
Kalau kau menyengat panas di atasnya
dan jangan kau tanya panasmu pada orang eskimo!
Kalau kau hanya menghangatkan belahan bumi lain

Tak ada terik matahari menyengat bumi utara...
karena ia jauh dari khatulistiwa
Juga tak ada salju di Sahara
Karena terik matahari mencairkan impiannya

Jakarta juni 2005

Kaki itu tetap melangkah

Tidakkah kau lihat awan kelabu tengah berarak menutupi langit...?
seakan turut merasakan kerinduan akan harapan
sejak manusia itu manapakkan kaki di atas tanah kota ini.. meninggalkan smuanya
jiwa kekanakannya
masa remajanya....
tuk mengapai asa dalam hatinya...
mewujudkan mimpi tidurnya...

Tidakkah kau lihat langkah kaki penuh harap itu
yang terus melangkah menyusuri jalan
...?
Tidakkah kau lihat hasrat tuk menggapai impian itu yang terus bergelora dalam jiwanya...?
Tidakkah kau rasakan denyut nadi dan detak jantungnya
yang berjalan seiring nafas dan darah yang mengalir
i tubuhnya...?
Tidakkah kau lihat betapa inginnya ia merenda hari esok bersamamu
orang yang sangat terkasih dan terpilih di dalam lubuk hatinya
...?

Meski terdengar lirih kecil yang mengatakan... apa yang kau harap di atas tanah ini?"
meski kerap timbul kecemasan dimata hatinya yang tertimbun nestafa
dan mata kakinya yang penuh peluh bercampur debu....

Namun...
Kaki itu tetap berjalan dan terus melangkah mengikuti kata hatinya....

Persembahanku

Tiada yang dapat terucap dari hati...
Selain kata terima kasih
untuk mu Ayah... untuk mu Ibu
Yang telah memelihara, menjaga, merawat, membimbingku, mendidikku
dan... mengarahkanku ke jalan yang terbaik

Usaha dan perjuanganmu...
jelas terlihat di keningmu yang semakin mengeriput

Tetes demi tetes peluh...
menempel di wajahmu yang semakin menua,

terjalnya jurang kehidupan engkau lalui,
beratnya rintangan... terus engkau hadapi

Namum.....
Tak pernah terbesit, bahkan terucap kata menyerah
Demi aku yang selalu engkau banggakan dan selalu engku harapkan

Sujud syukurku pun tak cukup tuk mengucapkan rasa terima kasih kepadamu
yang selalu mendoakanku tuk selalu menjadi yang terbaik

Ya Rabbi....
Aku tak tau lagi....
apa yang harus ku perbuat...
apa yang dapat kuberikan...
tuk mengucapkan terima kasihku
yang telah memberikanku hamba terbaik dalam hidup ini.

medan avril 2005

Malam... Menanti Pagi

Malam kian temaram...
Tinggalkan siang menuju kelam...
Tanpa mampu berkalam...
Kuhanya terdiam...
Memandang malam kian temaram...
Menahan kelam kian merajam...

Malam yang temaram...
Kelam yang merajam...
Kembali menghampiri
Jiwa yang hampir mati

Dan kini...
Ku hanya berharap pada pagi...
Tuk datang dan temani...
mengarungi perjalanan hari ini

medan, 2004

Dia...

Hadir...
Bukan di alam mimpi penuh janji
atau imajinasi tanpa bukti,
tetapi...

Hadir...
Di alam nyata yang bermakna

namun penuh tanda tanya...

Hadir...
Tak sekedar wujud yang tampak...
tak sekedar sentuhan dirasakan

Hadir...
Bukan tuk menerangi...
bukan tuk mengelami...
bukan tuk mengobati...
dan bukan tuk menyakiti...

Hadir...
bukan tuk pergi...
tapi ukan tuk kembali..

Medan, 2002

Facebook Badge